Puisi cinta dan perlawanan oleh Rimba Zait Nasution
PADA MALAM ITU
yang hadir dan tidak berlalu
menciptakan untaian rindu
di bawah langit merah
datang setumpuk gairah
pada malam itu
kita membalut jarak
menangkis ketakutan
meramu kasih
hingga waktu seakan berhenti
kekasih,
ketika hati tergores luka
mari baluri kecupan mesra
lalu kita lawan dengan bahagia
kekasih,
malam itu ibarat menghisap ganja
meredamkan kecewa
lalu menjelma tawa
Medan, 16 Juli 2024

ANCAM DENGAN PERSATUAN
di antara redup lampu jalan
sehabis tanah dibasahi hujan
kami berjalan cukup pelan
sambil berbincang tentang persoalan
yang telah lama jadi perbincangan
di pesisir timur pantai Sumatra
rakyat tertipu sumpah serapah negara
pabrik listrik itu buat sengsara
karena batu bara hadirkan bencana
pemerintah menjelma Belanda!
petani linglung
sebab cuaca tak lagi mendukung
nelayan kehilangan ikan
terpaksa jual sampan
lalu kerja serabutan
mereka merobek kepedulian
mereka putuskan kesejahteraan
mereka patahkan hak kehidupan
mereka menari riang di atas kesengsaraan
membiarkan penjajah kembali datang
adalah kebodohan yang terulang
melawan menjadi pilihan
ketika hidup secara halus tertindas
sekiranya engkau takut berjuang
masuklah dalam barisan pecundang
lalu membungkuk tanpa memandang
namun jika dirimu diselimuti keberanian
mulailah berhimpun dan kuatkan barisan
sebab persatuan merupakan ancaman
bagi penindas yang menari kegirangan
Stabat, 26 Juli 2023

Tentang Penyair
Rimba Zait Nasution adalah seorang penyair yang juga aktivis lingkungan. Fokus pada advokasi transisi energi dari energi kotor ke energi baru terbarukan, serta pemenuhan hak-hak perempuan dan anak. Puisi-puisinya diilhami oleh kekuatan cinta kala berhadapan dengan penindasan.