Ini adalah terbitan kedua kami. Sebuah novel berjudul Panca In Dira (PID). Karya Robby Fibrianto Sirait. Novelis yang kini mukim di Kota Medan. Novel ini cukup menarik perhatian publik pembaca di Medan ketika terbit pertama kali pada tahun 2018. Musababnya setidaknya 2 hal.

Pertama, Robby yang saat itu masih berstatus mahasiswa cum aktivis. Keputusannya untuk menerbitkan novel adalah sebuah keberanian yang tak diduga-duga bahkan oleh teman-teman terdekatnya sekalipun. Kedua, penerbitan PID kala itu menjadi angin segar sekaligus kritik bagi ekosistem kepenulisan di Kota Medan. Dinilai sebagai angin segar karena berhasil menunjukkan bahwa kreatifitas penulis muda-pemula di Kota Medan belum mati. Dan dianggap kritik karena Robby yang saat itu kesulitan mendapatkan penerbit yang mau menerbitkan bukunya.

Setelah kurang-lebih 6 tahun pasca terbit perdana, PID telah membuktikan dirinya. Orang-orang masih membaca dan mendiskusikannya. Pula telah dijadikan bahan kajian oleh mahasiswa. Kendati “pencapaian” semacam itu tak boleh dan tak seharusnya memaku mati sebuah karya sebagai karya yang begini atau begitu. Karena itu sama artinya menghentikan pembacaan terhadap karya tersebut. Hal ini jugalah yang mendorong kami untuk menerbitkan-ulang PID.

Novel ini unik karena memilih untuk menuliskan kelisanan Medan, terutama dalam dialog para tokoh. Upaya menghadirkan Medan sebagai sesuatu yang hidup dengan demikian cukup berhasil dalam novel ini.

Anasir-anasir aktivisme mahasiswa juga diolah ke dalam bangunan cerita novel ini. Menjadi pintu masuk si pengarang menawarkan gagasan-gagasannya tentang banyak hal. Sebut saja isu-isu pendidikan, serta senjakala nalar kritis kaum (yang mendaku) terpelajar.

Lantas, adakah hal baru dalam PID edisi terbaru ini? Ya! PID kali ini hadir dengan rupa baru yang lebih segar. Tidak seperti edisi sebelumnya yang dicetak dengan kertas HVS, kali ini PID akan dicetak di atas kertas bookpaper guna memberi kesan membaca yang lebih asyik. Edisi ini juga menyertakan catatan dari Avena Matondang—seorang akademikus yang memberi perhatian pada kajian musik dan sastra, yang ditulisnya sebagai respons atas terbitnya PID pada tahun 2018 silam.